NAMA : DENDY PRASETIO
NPM : 21210783
KELAS : 1EB12
Sejarah Franchise Di Indonesia
Franchise Indonesia dimulai dengan masuknya brand-brand franchise Asing seperti KFC, McDonalds, Burger King dan Wendys. Dari sanalah kemudian proses benchmarking terjadi. Franchise-franchise lokal timbul dan tumbuh hingga kini mengalami kejayaan.
Pesatnya pertumbuhan franchise di Indonesia kini ternyata mempunyai sejarah yang cukup panjang dan berliku. Dalam tulisan ini kami mencoba untuk mengangkat sebuah proses bagaimana franchise Indonesia dikembangkan dan juga bagaimana Asosiasi di Indonesia terbentuk.
Berawal dari sebuah pemikiran bahwa sistem franchise terbukti sukses memacu perekonomian di banyak negara Maju seperti Amerika dan beberapa negara maju lainnya. Tidak hanya itu franchise juga mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi cukup banyak tenaga kerja.
Sejarah franchise di Indonesia berawal dari upaya pemerintah dalam hal ini Departemen Perdagangan RI. yang melihat sistem waralaba atau franchise sebagai suatu cara, usaha untuk menggiatkan perekonomian dan menciptakan lapangan pekerjaan. Maka dimulailah sebuah usaha untuk mendata usaha franchise yang ada di Indonesia dengan menggandeng International Labour Organization (ILO).
Untuk proses di lapangannya sendiri berupa pelaksanaan pengumpulan dan pengelolaan data-data dilaksanakan oleh LPPM (Lembaga Pengembangan dan Pendidikan Managemen dengan melakukan “Baseline Study.”
Sementara dari ILO sendiri mendatangkan seorang pakar franchise dari Amerika Mr. Martin Mendelsohn, untuk mempelajari, menganalisa situasi dan kondisi untuk merekomendasikan jalan/cara yang akan ditempuh. “Saya pertama kali datang ke Indonesia sekitar tahun 1999 atas permintaan dari ILO untuk memberikan saran kepada pemerintah tentang bagaimana mendorong pertumbuhan franchising dan membantu membentuk sebuah asosiasi franchise,” ujar orang yang sudah dua kali berkunjung ke Indonesia ini.
Sejak awal kunjungan kedatangan Martin begitu ia disapa, telah dilibatkan usaha-usaha swasta lokal dalam pertemuan-pertemuan koordinasi maupun dalam diskusi-diskusi bilateral untuk selalu melibatkan pihak swasta dalam mengembangkan usaha waralaba di Indonesia.
Asosiasi Franchise Indonesia (AFI)
Dari hasil pergumulan itu, antara Departemen Perdagangan, ILO dan Mr. Martin maka dipandang perlu untuk melahirkan sebuah “center.” Ketika itu dibentuklah Franchise Resource Center.
Franchise Resource Center (FRC) yang dibentuk ini bertugas untuk mewadahi franchise yang sudah ada dan membidani usaha-usaha untuk menjadi franchise. Hingga mensosialisasikan sistem dan mendorong pertumbuhan franchise di Indonesia.
FRC sendiri merupakan badan semi pemerintah dibawah naungan Deperdag dengan Sekretaris Jenderal Deperdag membentuk steering committee yang terdiri dari toko-toko franchise, bisnis dan pemerintah antara lain dari:
*Departemen Penerangan
*Departemen Tenaga Kerja
*Departemen Pariwisata *Kementerian Koperasi dan UKM.
Dan steering comittee yang merupakan board of director membawahi FRC yang dimaksud untuk membantu dan mendirikan perpustakaan dan dokumentasi.
*Mempromosikan pola franchise dan memasyarakatkan
*Mengadakan pelatihan dan konsultasi
*Memfasilitasi pendanaan usaha
Ditingkat propinsi atau daerah dibentuk pusat-pusat pilot yang merupakan duplikasi FRC dan semua unsur-unsur yang terkait diikutsertakan seperti:
*Lembaga pendidikan
*Institut pelatihan
*Konsultan-konsultan swasta
*Asosiasi franchise
*Asosiasi-asosiasi industri dan
*Perbankan
Dilandasi semangat kebersamaan dan kesadaran untuk meningkatkan kemampuan dan potensi waralaba di Indonesia dan agar dapat menjadi mitra pemerintah maupun sektor swasta lain, maka sejumlah waralba atau cikal bakal usaha waralaba; PT Trim Mustika CItra, Es Teler 77, Widyaloka, Nilasari dan Homes 21 pada tanggal 22 November 1991 bersepakat mendirikan satu-satunya wadah organisasi perusahaan di Indonesia, yaitu Asosiasi Franchise Indonesia (AFI)
Asosiasi Franchise Indonesia yang pendiriannya dibidani oleh FRC dan 5 perusahaan franhcise ketika itu, tujuannya adalah untuk:
*Menjadi wadah dari para pengusaha franchise maupun peminat.
*Melakukan kegiatan program public relation memperkenalkan AFI dengan pola franchisenya.
*Menjadi sumber informasi dan data-data mengenai franchise sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat dan peminat.
*Menjadi mitra bagi pemerintah dalam pembinaan usaha franchise.
*Mengadakan kegiatan pembinaan, pelatihan dan konsultasi.
*Mengadakan diskusi, seminar, workshop dan eksebisi mengenai franchise sehingga lebih dikenal masyarakat.
Untuk seluruh kegiatan ini memang diperlukan organisasi dan pendanaan yang diharapkan dapat ditangani dalam 3 tahun pertama oleh pemerintah dalam hal ini, Deperdag dan kemudian setelah bisa mandiri dilepas menjadi asosiasi yang kokoh. Memang masih banyak hal-hal lain yang perlu diantisipasi dan dikerjakan disamping yang telah disebutkan diatas. (Sumber lapiran AFI)
Apa itu franchise?
Kata tanya yang akan muncul bagi kita yangt baru mengenal atau bahkan mendengarnya. Terlebih Franchise di Indonesia baru mengalami perkembangan yang cukup membanggakan baru pada awal tahun 2004-an.
Walau memang kalau kita menilik sejarah franchise di Indonesia sudah dirintis sejak 17 tahun silam tepatnya 22 November 1991, ditandai dengan didirikan sebuah Asosiasi Franchise Indonesia, wadah bagi para pengusaha franchise. Kembali ke apa itu franchise, di Indonesia franchise telah memiliki padanan kata yaitu waralaba. Konon ada yang mengartikan, waralaba berasal dari gabungan kata “wara-wiri” yang berarti bola balik dan “laba” keuntungan. Jadi waralaba berarti keuntungan yang banyak.
Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia waralaba (franchise) berarti kerja sama dalam bidang usaha dengan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan; hak kelola dan hak pemasaran. Adapun para pelaku dalam bisnis ini disebut pewaralaba (franchisor) orang yang memberi waralaba; orang yg memiliki waralaba, dan terwaralaba (Franchisee) sudah menerima waralaba atau diberi waralaba. Dan proses dari waralaba itu sendiri pewaralabaan (franchising)n proses, cara, perbuatan memberi waralaba.
Nah, untuk mengetahui ihwal franchise (waralaba) atau franchising (proses pewaralabaan) lebih jauh. Karena mungkin diantara kita ada yang baru mendengar atau berkenalan dengan franchise, atau Anda yang punya rencana untuk membeli franchise, atau Anda yang sudah mempunyai franchise dan mau menyegarkan kembali tentang apa itu franchise, berikut sekilas uraiannya. Semoga dapat informasi berguna.
Franchising adalah sebuah cara dalam pendistribusian produk atau jasa. Paling sedikit ada 2 pihak yang terlibat dalam system franchise. Satu, franchisor, orang yang meminjamkan system bisnis atau nama dagangnya. Dan kedua, franchisee, orang yang membayar initial fee dan royalty fee sebagai konpensasi dari penggunaan nama dan system bisnis yang dimiliki franchisor. Kerapkali, franchisor akan memberikan full training dan support kepada franchisee-nya dengan sebaik-baiknya.
Hal ini tidak jauh beda dengan apa dikatakan oleh Mr. Martin Mendelsonh, Pakar Franchise Amerika yang pernah berkunjung ke Indonesia, Franchise Format Bisnis adalah modal ijin dari satu orang pemilik bisnis (franchisor) kepada orang lain penerima hak bisnis (franchisee), untuk mengadakan bisnis dibawah nama dagang franchisor.
Dengan memberikan seluruh elemen yang dibutuhkan orang belum terlatih dalam berbisnis untuk mampu menjalankan bisnis yang dikembangkan/dibangun oleh franchisor dibawah brand miliknya, dan setelah ditraining untuk menjalankanya berdasarkan pada basis yang ditentukan sebelumnya dengan pendampingan yang berkelanjutan.
Sejarah Franchise di Dunia
Kata “franchise” berasal dari bahasa Peransis kuno, yang berarti keistimewaan atau kemerdekaan. Ada banyak versi cerita mengenai bagaimana franchise dimulai. Cerita yang pertama adalah mengenai negera bagian yang berusaha dalam mengumpulkan pajak, pemerintah akan memilih orang tertentu untuk mengumpulkan bayaran dalam area geografis yang diberi. “Kolektor-kolektor” ini menyimpan sebagian bayaran yang mereka kumpulkan dan kemudian mereka serahkan kepada Paus.
Yang lain bercerita franchising mulai ketika kerajaan lokal memberikan hak istimewa untuk mengadakan pekan raya dan kegiatan perdagangan secara bebas. Pada dasarnya, ini adalah dukungan monopoli atas usaha komersial. Praktek semacam ini terjadi sepanjang pertengahan dan akhirnya menjadi bagian dari European Common Law. Franchising terus terjadi sepanjang sejarah.
Di 1840-an, para pembuat bir Jerman memberi hak eksklusif kepada kedai tertentu untuk menjual bir buatan mereka. Lalu, pada 1851, perusahaan mesin jahit Singer memberi peragenan/perwakilan terbatas untuk mesin jahit terkenal mereka. Format, bahasa, dan perjanjian kontrak dari perusahaan mesin jahit Singer inilah yang masih dipakai sebagai model dokumen sampai hari ini.
Pertumbuhan dan keberhasilan yang dinikmati oleh mereka yang terlibat dalam franchise.
Sales yang dihasilkan dari waralaba/franchise nilainya mencapai lebih dari 40% dari hasil seluruh penjualan perusahaan-perusahaan di Amerika. Ada lebih dari 1.500 perusahaan waralaba yang beroperasi secara domestik melalui lebih dari 320.000 unit ritel. Ini membuat penjualan ritel tahunan mencapai lebih dari $1 trilyun across 75 industri yang menggunakan franchise sebagai sebuah cara ekspansi bisnis dan sebagai model distribusi produk.
Laju pertumbuhan industri waralaba ini didorong oleh sales franchise baru dan sales ritel di tingkat lokal. Sejarah menunjukan bahwa, industri telah memberikan pertambahan angka pertumbuhan yang signifikan. Kecenderung/trend dalam angka laju pertumbuhan masih terus dan diharapkan bertambah seiring waktu.
Analis industri menaksir bahwa franchise mempekerjakan lebih dari 8 juta orang dan bahwa tiap 8 menit ada franchise baru yang buka di berbagai tempat di Amerika. Juga, sekitar 1 dari tiap-tiap 12 perusahaan ritel adalah perusahaan yang diwaralabakan.
(Dikutip dari data statistik Asosiasi Franchise Internasional)
Burger, burger, burger…bukanlah satu-satunya konsep franchise yang ada!
Ketika orang mendengar franchise, maka yang ada dibenak mereka adalah hamburger, gorengan, dan kapal selam. Kenyataannya ialah bahwa hampir setiap bisnis mulai dari perusahaan pelayaran golf sampai perusahaan pembersihan rumah dan dari toko es krim buatan sendiri sampai perusahaan pos bisa jadi franchise.
Gunakanlah media baik elektronik maupun cetak, seperti Majalah Info Franchise, atau konsultan franchise untuk mengenali mana bisnis-bisnis yang sesuai dengan kebutuha Anda. Ada banyak pilihan untuk berinvestasi, mulai dari model perusahaan ritel yang klasik sampai yang dikerjakan di rumah, peluang usaha part-time. Bisnis mana yang tidak cocok untuk difranchisekan? Sangat sedikit! Ada lebih dari 75 industri yang bisa difranchisekan. Mulai dari makanan cepat saji sampai periklanan dan dari perusahaan papan tanda sampai hotel.
Mengapa membeli franchise?
Apakah yang mereka bisa tawarkan adalah apa yang bisnis konvensional tidak bisa tawarkan untuk Anda? Dengan membeli franchise berarti Anda sedang berkongsi dalam model bisnis yang berjalan dengan baik dan terbukti. Ada laju kegagalan yang lebih rendah secara signifikan untuk para franchisee daripada entrepreneurs dengan konsep bisnis konvensional. Hampir 80% dari bisnis (konvensional, Red.) baru yang gagal dalam setiap tahun, tetapi dengan franchise anda akan terlibat dalam sebuah konsep bisnis yang terbukti dan berhasil. Lebih dari itu, ada banyak keuntungan dalam franchise karena barang/servis yang mereka jual telah punya nama dan reputasi dibaliknya.
Bagaimana franchisor mendapatkan uang?
Biasanya, franchisor menjual hak franchise dengan harga awal yang biasa disebut dengan istilah “franchise fee”. Biasanya Franchisor tidak mengambil keuntungan dari franchise fee ini, karena pada kenyataan biaya ini dipergunakan untuk mengganti segala biaya yang digunakan untuk men-set up dan memulai bisnis Anda, mulai dari periklanan sampai latihan. Biaya ini juga berkaitan dengan proses pembukaan sebuah unit franchise di pasar lokalnya. Ketika Anda sudah berada dalam bisnis, baru franchisor akan menerima bayaran secara terus-menerus, seperti biaya royalti, yang diambil sebagai persentase penjualan. Ada juga franchisor yang mendapat keuntungan dari penjualan supplay produk dan servis kepada franchisee mereka.
Mengapa para franchisee mempunyai laju keberhasilan yang tinggi?
Franchise adalah sebuah sistem yang memberikan formula atau metode bisnis yang sukses. Karena, semua strategi operasional sudah tersistemkan dan dibuat optimal sejak saat perusahaan itu diwaralabakan dan perusahaan dapat membantu para franchisee-nya atas segala tantangan yang terjadi.
Perusahaan yang gagal biasanya terjadi disebabkan oleh kekurangan manajemen skill. Dengan kerja keras, anda dan franchisor anda akan dapat menghindari dan mengatasi segala masalah yang terjadi. Dalam survei dikatakan, sembilan dari sepuluh pemilik waralaba mengatakan bahwa bisnis mereka sukses.
Berikut ini adalah salah satu contoh franchise di Indonesia :
Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo Food Business Bernuansa Islam
Menapaki perjalanan usaha usaha Rumah Makan sejak didirikan tahun 1991, hingga sekarang membuat kami semakin yakin betapa sayangya Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya.
Keyakinan itu mendorong kami menjalankan usaha Rumah Makan Wong Solo bernuansa Islam, menetapkan landasan filosofinya Al-Qur’an surat Ash-Shaff 10-11, dengan motto ” Ayam Bakar Wong Solo halalan Tayyiban”.
Rumah Makan Wong Solo sendiri pertama berdiri tahun 1991 di Medan dengan hanya bermodalkan uang Rp 2.500.000,-. Namun dengan kesungguhan dalam menjalankan usaha serta berpijak pada nilai-nilai keislaman R.M. Wong Solo saat ini telah berkembang menjadi 16 outlet. Cabang-cabang tersebut antara lain adalah Medan, Banda Aceh, PAdang, Solo, Bali, Pekanbaru, Surabaya, Semarang, Malang, Yogyalarta, Kebon Jeruk, Kalimalang, Bintaro, muntilan dan segera dibuka Cibubur, Bogor dan Bandung
Disamping sistem Total Service, Ayam Bakar Wong solo telah memiliki standarisasi bumbu, hingga kesamaan rasa di antara outlet bisa terjaga mutunya. Maka Ayam Bakar Wong Solo dapat dimiliki oleh setiap orang dengan sistem waralaba (franchise) yang syarat-syaratnya telah ditetapkan oleh sistem manajemen Ayam Bakar Wong Solo. Ditargetkan tahun 2005 gerai ayam bakar Wong Solo telah ada di kota-kota propinsi di seluruh Indonesia, dan negara-negara ASEAN pada tahap selanjutnya. Usaha tersebut tidak terlepas dari dukungan penuh dari PT. Sarana Sumut Ventura baik material maupun manajemen.
Ayam Bakar Wong Solo adalah rumah makan, artinya Ayam Bakar Wong Solo adalah tempat makan dan minum. Pelanggan juga dapat membuat variasi sendiri menu-menu baik lauk, sayur maupun minuman yang ada. Variasi atau silang tersebut antara lain Ayam Bakar/goreng. Aneka Ikan Bakar/goreng, Sate Udang, Sate Cumi, Sate Ayam, Sate Kambing, Ikan Goreng Tepung, Aneka sayur, Aneka balado/sambal, bahkan Chinese Food seperti saos tomat, saos tauco, saos tiram, steam (kukus), asam manis, cah kailan/brokoli menambah aneka rasa. Dengan variasi tersebut pelanggan justru akan lebih kerasan menikmati hidangan yang disajikan oleh Ayam Bakar Wong Solo.
Pelanggan dapat hadir setiap hari dalam satu bulan tanpa harus mengulang menu yang pernah dinikmatinya. Lebih kurang lima puluh (50) menu Ayam Bakar Wong Solo tersebut memiliki cita rasa yang khas, artinya, walaupun nama menu-menu Ayam Bakar Wong Solo diambil dari menu-menu populer yang sudah ada sebelumnya, akan tetapi cita rasanya pasti akan beda. Perbedaan itu justru membuat + 50 menu tersebut bukan hanya sebagai pendamping dari menu Ayam Bakar, tetapi juga menjadi menu yang menjadi idola dari masing-masing pelanggan.
Naluri memasak yang kami miliki sejak kecil, dikarenakan kami tumbuh di lingkungan keluarga yang memiliki usaha rumah makan dimana usaha tersebut merupakan usaha turun temurun. Bermodalkan naluri tersebut kami merancang sendiri menu-menunya dan bukan belajar dari buku, juru masak atau orang lain. Disamping itu, nilai lebih Ayam Bakar Wong Solo adalah Halalan Thayyiban, halal artinya produk-produk yang disajikan berasal dari bahan-bahan yang adalah halal dan diproses dengan memperhatikan khukum-hukum Allah. Thayyiban (baik) artinya menu-menu yang disajikan berasal dari bahan-bahan yang segar (fresh) dan memiliki nilai gizi yang tinggi, disamping itu Zakat 2,5% dari hasil usaha digunakan untuk hal-hal kemaslahatan.
TUJUAN FRANCHISE di INDONESIA
:: Menumbuhkan kode etik antar anggota.
:: Mempersatukan Franchisor, Franchisee dan master Franchise di Indonesia.
:: Membina perkembangan dan kemajuan usaha Franchising secara profesional.
:: Mengusahakan adanya tertib dalam mendirikan usaha Franchise.
:: Menggali potensi usaha franchising dengan terutama mengembangkan usaha menengah dan kecil.
:: Membantu Pemerintah dan meninjau kembali secara berkala peraturan-peraturan yang mengatur semua usaha franchising di Indonesia.
:: Mengadakan kerjasama dengan badan dan organisasi yang mempunyai tujuan dan usaha yang sejajar, baik ada di dalam maupun di luar negeri.
:: Mengusahakan iklim usaha yang sehat dan mengarah pada praktek dagang yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar